Jumat, 02 April 2010

Mata ketiga inikah Anugerah atau kutukan?



Pernah aku bertanya-tanya didalam hati “God, kenapa aku gak seperti anak-anak lain yang bisa bermain dengan gembira tanpa harus bersikap tidak normal?” satu hal yang membuat aku sering terlihat tidak normal adalah aku sering mematung, terpaku, membisu dan terlihat kaget atau bahkan terkadang bingung. Tapi syukurlah aku memiliki sifat orang ceria hingga segala keanehan yang ku miliki dianggap biasa saja oleh orang-orang disekitar. Suatu hari pernah ibu mendapatiku sedang menangis seusai ibadah, ibu mendekat dan membelai rambut hitam panjangku yang terurai rapih diatas selimut.

“kaka, kamu kok dikamar aja. Kenapa?” Tanya ibuku dengan nada mendamaikan
“kaka gak mau main bunda, kaka dikamar aja.” Jawabku singkat sambil memeluk bantal
“perasaan kaka lagi gak enak ya?”Tanya ibu seraya membelai lembut pipiku
“Aku sedih bu, karena aku tidak sama seperti anak-anak lain”

Aku masih ingat saat itu usiaku 4 tahun, saat itu aku masih duduk dibangku taman kanak-kanak. Aku besar sebagai anak yang lincah, lucu dan pandai, sampai seuatu ketika peristiwa itu datang dan merubah semuanya.

Tepat pukul delapan malam ibu memindahkan saya ke kamar yang terletak paling belakang dekat dapur dan kamar mandi, saat itu udara terasa sangat lembab dan panas, tentu keadaan seperti itu akan membuat anak-anak se usiaku menjadi cepat berkeringat dan rewel. Sebelum keluar kamar aku meminta ibu agar tidak menutup pintu agar aku tidak kepanasan.

Pukul 2 dini hari aku terbangun, namun tak kubuka mataku. Kurasakan udara sanagt panas di ruangan tidurku, tapi entah mengapa kali ini aku merasakan hal yang janggal, aku mencium bau anyir yang sangat menyengat. Dalam keadaan setengah sadar namun masih menutup mata aku bergumam

“Uh bau apa ini?”

Perlahan aku membuka mata, namun yang terlihat hanyalah hitam. Kembali didalam hati aku bertanya, apakah aku masih tertidur? Mengapa semuanya hitam?. Tak lama kemudian aku menyadari selain udara panas, bau anyir aku juga mendapati ada udara yang mendengus-dengus didepan wajahku, seperti ada seseorang yang meniup-niup. Dalam seribu tanya aku membuka mataku kembali, pandanganku masih agak kabur saat itu, namun setelah beberapa detik aku menyadari akan sebuah kehadiran. Yang kulihat hitam adalah wajah sebuah makhluk halus berupa pocong!.

Wajah yang kulihat itu jaraknya dekat sekali, hanya berjarak 1 inchi didepan hidungku. Mukanya hitam dengan wajah setengah hancur. Seketika aku menghidar dari tempat tidurku dan aku berlari kea rah pintu keluar. Ibuku tak pernah menutup pintu bila tak ku minta, tapi kali ini, pitu itu bukan hanya tertutup namun terkunci. Aku tetap berusaha membuka pintu apapun caranya. Aku menaik turunkan gagang pintu, kudorong, ku tending bahkan ku dobrak namun tetap tak terbuka.

Sesekali aku melihat kearah tempat tidurku, aku melihat sosok terbungkus kain putih masih berada disana dengan wajah menatap ke arahku. Wajah dan wujudnya buruk sekali, kain yang menutupinya kotor dan wajah hitamnya setengah hancur, dapat ku lihat deretan gigi-gigi dan tulang hidungnya, namun tak kulihat ada sepasang mata disana. Saat itu pula aku merasa putus asa dan menangis. Dalam hati aku teringat akan pesan ibu guru dan nenek agar membaca doa agar dapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa lalu kupejamkan mataku. Ku buka kembali mataku dan sosok menyeramkan itu menghilang, kubuka pintu kamarku dan aku berhasil aku lari menghampiri kamar nenek dan ibuku. Dan dari peristiwa itulah aku tau bahwa aku istimewa. Aku dapat melihat yang seharusnya tak kulihat, aku dapat mendengar apa yang tak harus ku dengar, dan aku bersikap tidak sebiasa anak-anak yang lain.


Bersambung*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar