Rabu, 28 April 2010

Petasan Bagian Dari Kebudayaan

Petasan udah menjadi sebuah kebudayaan. Namun pemakaiannya (tetap) nggak boleh sembarangan. Berawal dari niat meramaikan sebuah event, eh malah berdalih menjadi kecelakaan maut. Kira-kira keluarga besar gw up date sama berita gak ya? sempet lho ada berita yang menyebutkan peristiwa naas seorang bocah yang kehilangan jari-jari tangannya gara-gara main petasan. Tapi gw gak mau ngebahasa itu dulu, disini gw mo ngasih sedikit hasil ivestigasi anak Hai yang gw rangkum secara apik dan simpel. Dibaca dah



Lebaran di depan mata, masyarakat menyambutnya dengan berbagai kegiatan. Salah satunya dengan menyalakan petasan. Yup! Bunyi benda ini selalu meramaikan suasana. Sejak bulan suci Ramadhan mulai, hingga Lebaran sebagai puncaknya. Mulai dari yang ukurannya kecil tapi punya suara lumayan pedas (nyaring, RED), hingga ukuran segede kaleng biskuit yang bunyinya dijamin bikin kuping sakit.

Diyakini oleh banyak masyarakat, petasan berasal dari China. Awal terciptanya petasan, ketika sekelompok petani membakar bambu untuk mengusir sekelompok orang gunung yang mencoba mengganggu. Nggak disengaja ketika dibakar bambu itu mengeluarkan suara bising seperti bunyi petasan sekarang.
Pada jaman sekarang, petasan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat. Petasan ikut ambil bagian dari berbagai macam perayaan. Mulai dari Hari
Kemerdekaan di Amerika Serikat, Perayaan Deepawali di India, Hari Raya Besar di Indonesia, dan Perayaan Tahun Baru China.



Petasan udah jadi bagian dari tradisi masyarakat China


Di China sendiri kebudayaan petasan udah bisa dibilang seperti bagian dari agama. Karena dipercaya oleh beberapa kalangan masyarakat kalo petasan itu memiliki daya magis untuk mengusir roll jahat dan memanggil dewa kemakmuran.
Walaupun udah menjadi bagian dan kebudayaan, petasan tetap menjadi benda yang berbahaya. Karena ledakannya bisa menimbulkan kecelakaan. Maka dari itu, banyak negara yang membuat peraturan tentang penggunaan petasan atau benda ledak. Dan biasanya dikategorikan berdasankan volume ledakan, polusi, dan keamanannya.

Petasan sendiri termasuk kedalam kategori �Low Explosives� karena hanya menghasilkan pecahan kertas yang terbakar. Namun ada banyak oknum yang membuat petasan tanpa tau komposisinya. Mereka cuek bebek memasukkan kadar mesiu lebih dari 50 mg dalam satu petasan. Dan dijual bebas ke masyarakat yang gak mengetahui bahaya yang menunggu. Seharusnya kalo lewat dan nominal tersebut harus diberi label peringatan seperti �Warning�, dan �Caution Explosive�.


Karena kasus itu terdapat juga istilah petasan ilegal. Dimana petasan yang beredar nggak sesuai dengan aturan pemerintah mengenai pembuatan petasan yang siap dijual. Di beberapa negara ada suatu ijin yang mengatur tentang masalah pembelian, kepemilikan, dan penggunaan petasan.

Nah, biar aman mending cek bibit, bobot, bebet, dan petasan yang ngin digunakan. Supaya meminimalisir kecelakaan yang terjadi akibat petasan salah yang kaprah. Jangan sampe gara-gara petasan bisa merusak jadwal Lebaran kita!

Met Nyambut Lebaran Kawan'z

Tidak ada komentar:

Posting Komentar