Kamis, 29 April 2010

Profesi Paling Bahagia

Temen-temen ayo kita main tebak-tebakan, kira-kira profesi apa sih yang paling membahagiakan pekerjanya??
Apa pegawai bank? Presiden?
apa... apa... pelawak??
sayang sekali salah semua tuh

Lagi-lagi gw dapet berita (at the least buat gw) bagus dari harian kompas, menurut sebuah survei tentang indeks kebahagiaan yang dilakukan oleh City & Guilds, Inggris, terhadap 1000 pekerja dari 20 bidang profesi, terungkap bahwa gaji bukanlah faktor utama dalam kepuasan kerja. Memiliki ketertarikan pada bidang pekerjaan, serta keseimbangan antara dunia kerja dan sosial, dinilai jauh lebih penting.




tapi ngomong-ngomong profesi apa sih yang paling bikin bahagia??
Yup jawabannya jatuh di beauty therapist (terapis kecantikan) dan hairdresser (penata rambut). Kok bisa? nah itu dia, jawabannya cuma ada di ~kepuasan Batin~

"Pemberian gaji yang besar saja tidak lagi cukup untuk membuat para karyawan betah, yang lebih penting adalah mengurangi level stres para karyawan," kata Bob Coates, managing director City & Guilds.

Peringkat pertama dan kedua profesi yang paling membuat pekerjanya bahagia adalah beauty therapist dan hairdresser, diikuti oleh petugas katering dan chefs, petugas penjualan, guru, marketing dan public relation. Pekerja di bidang konstruksi dan bangunan adalah kelompok yang paling merasa tidak puas dengan pekerjaannya.

Untuk meningkatkan kompetensi dan lingkungan kerja yang tidak produktif, Profesor Cary Cooper, ahli psikologi dari Universitas Lancaster, menjelaskan perlunya strategi baru dalam pemberian rewards dan mulai mempertimbangkan kebutuhan dasar individual setiap karyawannya.

"Seharusnya mulai sekarang mulai dilakukan pendekatan yang fleksibel untuk menciptakan rasa bahagia, sehingga setiap pekerja bisa bekerja lebih produktif," kata Cooper seperti dikutip harian The Telegraph.

Dalam survei tersebut, para responden menyebutkan perlunya keseimbangan antara kerja dan kehidupan keluarga, tetapi hanya satu dari lima responden yang memiliki jam kerja fleksibel. Sedangkan manajer yang mengizinkan karyawannya bekerja dari rumah hanya satu dari sepuluh.

Meski banyak yang merasa kurang bahagia, setengah responden menjawab tetap bertahan pada pekerjaannya karena alasan gaji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar